Bismillah..
sedikit share :)
Iqra, “Bacalah”, silakan buka surat
Al-Alaq dan dilihat artinya. Luruskan niat yah untuk baca tulisan ini,
eits jangan pasang wajah bete atau kesel ya ketulisan ini nantinya!
Aku
mulai sadar kenyataan hari ini di kalangan aktivis dakwah. Selalu saja
ku lihat kejadian-kejadian yang membuat aku tidak enak melihatnya. Bukan
aku merasa jiwa yang paling baik, tapi setidaknya aku ingin
mereka-mereka aktivis dakwah tidak buruk seperti aku. OH Tuhan! Di
manakah sejatinya ikhwan or akhwat saat ini? Pantaskah title itu masih
setia disandang? Berat rasanya jika title itu masih disandang, bila mana
keadaan masih seperti ini. “Ikhwan Wa Akhwat title yang tak bernilai
harganya”.
Di kalangan aktivis dakwah ungkapan ikhwan atau akhwat
seringkali di nobatkan sebagai panggilan yang pantas buat pria atau
wanita yang katanya begitu religius “ada di dunia dakwah”. Betul ga tuh
ya?
Yuk sejenak kita berfikir pantaskah dengan sebutan itu? “Ikhwan dan Akhwat”
Sejatinya
kita bersyukur atas apa yang Allah berikan kita sampai hari ini,
melihat status diri kita saat ini masih Allah Jaga dalam Kemurahan dan
Kasih sayang-Nya, kita masih bisa “fastabiqul khoirot”, senantiasa masih
bisa mempertampan dan mempercantik diri lewat keadaan ini, sesuatu hal
yang luar biasa saat mana secara fisik insya Allah kita masih bisa
terjaga dengan mampu menutup aurat. Yah sambil berkaca style celana
panjang dan kemeja ala ikhwan. Begitu pun baju panjang dan jilbab
panjang ala akhwat, ataupun yang lainnya.
Hari ini kita perlu
tersadar, Adakalanya diri kita terlalu bangga pada status kita saat ini,
ketika orang terdekat kita dengan bangga menyebut kita Alim, akhirnya
yang ada diri kita terlampau terbang dengan sebutan itu. Yah itulah
kita, kita sering bangga ketika kita dipuji orang dan akhirnya?
Dahulu
kian jelas perbedaan seorang ikhwan or cowok ataupun akhwat or cewek,
tapi kini sulit untuk kita bedakan. Yah mungkin hal yang termudah untuk
membedakan lihat saja dari tampilan. Bukan demikian? Tapi rasanya tidak
bisa sebatas itu, kini terlampau sama status itu semua. Coba kita lihat
diri kita saat ini. Apakah kita pantas disebut ikhwan or akhwat sejati?
Yang mana setiap harinya kita sering tak sadar masih jauh dari apa yang
Allah perintahkan, sibuk dengan urusan dunia dan lupa tugas
sesungguhnya. “(QS. Adz-zariat: 56”).
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Ada
yang menjadi fenomena besar saat ini. Ketika semua aktivis dakwah
ikhwan/akhwat sibuk dengan urusan dakwahnya. Begitu luar biasa menyita
waktunya, hingga bahkan melupakan hal yang menjadi fitrahnya. Ketika
dakwah seharusnya selaras dengan apa yang dibawa tapi kini itu semua
berlawanan.
Lihat saja saat ini,
Berapa waktu yang
dipersiapkan oleh aktivis untuk syura? Rasanya hampir setiap waktu
dipakai syura. Bukan demikian? Tapi, berapa waktu yang kita gunakan
untuk baca Al-Qur’an? Berapa waktu yang kita siapkan untuk shalat
berjamaah? Berapa waktu yang kita siapkan untuk bersama keluarga? Berapa
waktu yang kita gunakan untuk shalat sunah? Berapa waktu yang kita
gunakan untuk menghafal Al-Qur’an? Berapa waktu kita gunakan untuk
mengkaji sirah?
Atau berapa banyak aktivis yang terlampau bangga
dengan banyaknya amanah yang diembannya? Bahkan sampai bangganya,
melupakan kapasitas diri yang dimilikinya. Dengan berdalih, merasa tidak
enak kalau tidak mengambil amanah ini atau gak ada lagi orang yang bisa
mengembang amanah ini. Dan akhirnya dakwah di sana-sini terbengkalai.
Atau
ada lagi di kalangan aktivis kian bangga menunjukkan almamaternya,
merasa paling baik ketika berbicara dakwah melihat almamater lain di
bawahnya. Akhirnya sibuk mempercantik dirinya dengan sombongnya. Dan
bahkan adanya perdebatan di setiap aktivis yang berbeda, atau ada pula
di setiap aktivis yang lain, merasa dirinya paling baik dan berkompeten
dengan entengnya menghujamkan kata-kata pedas, hinaan ataupun yang
lainnya.
Akhirnya, apa bukti nyata kita saat ini terhadap dakwah?
Adakah hasil nyata yang kita perbuat? Yah, mungkin kita sulit untuk
menjawab ini. Coba kita putar sirah perjuangan para sahabat Rasulullah,
pasti kita akan merasa malu apa yang kita lakukan hari ini. Ketika
kegigihan para sahabat itu menjadi saksi nyata akan kebangkitan Islam
saat itu.
Hari ini kita terlampau disibukkan dengan hal yang tidak perlu, seharusnya kita sadar dengan slogan dakwah ini
“perbaiki dirimu dan ajaklah orang lain”, tapi yang terjadi hari ini adalah bertentangan dengan slogan dakwah ini. Mari sejenak kita buka surat As-shoff ayat 3,
كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ ﴿٣﴾
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”.
Belum
lagi kita saksikan fenomena aktivis yang pacaran, fenomena aktivis yang
sering sms-an, fenomena aktivis yang sering telponan, fenomena aktivis
yang sering chat lewat media sosial, atau fenomena aktivis lawan jenis
yang selalu berdalih dengan Watawa shoubil hal wa tawa shoubil sobr
“saling memberikan perhatian lebih”, atau fenomena ikhwan lebih asyik
ketika berbicara tentang akhwat.
“Eh akhwat itu cantik ya, anggun ya, gimana kalau nanti kalau dia jadi jodoh ye?” Sambil bercanda sesama ikhwan, ataupun sebaliknya akhwat yang selalu asyik ketika berbicara seorang ikhwan.
“Eh ikhwan itu tampan ya, pinter ya, baik lagi… end banyak lagi”. Dan akhirnya semuanya kebablasan, dan apalah dikata adakah perbedaan antara ikhwan/akhwat or cewek/cowok saat ini?